Jumat, 13 Juni 2014

tertidur saat belajar




Tertidur saat belajar


Saya tertidur pulas saat dosen menjelaskan mata kulia.
 “AL! Bangun AL!” Bisik Siska membangunkan Saya.
  “Iya-iya aku bangun..” Jawab Saya dengan mengantuk.
 “Anak-anak! Sekarang ibu akan beri kalian ulangan!

 Materinya sesuai dengan yang ibu jelaskan tadi!”
 Kata Bu Stella dengan tegas.
 “Duh.. Gimana nih? Tadi kan aku tidur” bisik Saya dalam hati. 
Saya sangatlah khawatir tidak dapat mengerjakan soal-soal tersebut.

 Saya akan bermaksud mencontek.
 “Aha! Aku kan punya aLra jitu untuk mencontek!” Ulangan pun dibagikan.
 Saya mulai membaaL soal-soal tersebut.

 Dan ternyata ia benar-benar tidak dapat mengerjakan soal-soal tersebut.
 Ia mulai melakukan aLra jitunya tersebut
. ALra pertama ialah meminjsam penghapus dengan teman di belakangnya

karakter seseorang yang berpendidikan



KARAKTER PENDIDIKAN

 Sahabat guru Indonesia para bijak bestari mengatakan bahwa siapa
 yang menabur akan menuai Kalau kita menabur angin, maka kita pun
 akan menuaqi badai. begitu pula kalau kita
  menabur budi pekerti dalam cocok tanam karakter di kebun sanubari.

  para sisiwa,  tentu kelak bangsa ini  akan
  Menuai kemulian karna sumber daya pengendalinya mempunyai kapasitas
  Dan integritas yang kuat
  Sungguh berungtunlah kita yang berkecimpungsebagai petani-petani
    
  Karakterdi ruang-ruang   pembelajaran bersama para siswa kelak,
   melalui cocok tanam   karakter yang di upayakan oleh para guru-
   Guru penyejuk jiwa yang punya daya gugah dean daya ubah ,anak-anak bangga itu
   akan tumbuh bukan hanya sebagai sosokyang cerdas melainkan sosok yang cerdas mulia.
   
  Cerita ini tentu saja tidak hanya kepad guru tetapi juga kepada siapa saja
  Yang hidupnya bias bersentuhan dengan bidang pendidikan terlebih pada anda
  yang menginkan agar sekolah-sekolah anak-anak bangsa di penuhi oleh para peteni
  karakter yakni guru-guru penyejuk jiwa cerita inianda akan mendapatkansejumlah perspektif yang     relative dan inspiratif dalam hati.



Kamis, 12 Juni 2014

semangat pergi kesekolah

semangat pergi ke sekolah


 Ketika mentari mulai terlihat merangkak perlahan di ufuk timur, Raodah nampak bergegas menuju kamar tidur anaknya. Pagi yang disambut kokokan ayam jantan dari segala sudut penjuru kampung membuat janda muda itu semakin tampak gelisah. Mengapa tidak, arah jarum jam hampir menunjuk tepat ke angka enam, namun anak semata wayangnya itu tak kunjung bangun dari tidurnya. Bukan hanya gelisah, namun perlahan raut wajah Raodah terlihat begitu kesal setelah melihat tingkah anaknya yang tak seperti biasanya.
 

“Udin lekas bangun, sudah siang,” begitu kata Raodah setelah tepat berada di tempat pembaringan anaknya itu. Entah masih berada dalam dunia mimpinya, perkataan itu tak digubris Udin.
“Udin ayo bangun, entar kamu telat masuk sekolahnya,” kalimat Raodah sedikit mengoyang-goyangkan tubuh anaknya. Namun, alangkah nikmatnya dunia mimpi, membuat Udin tak kunjung bangun.

Dengkuran udin masih terdengar begitu jelas dikedua telinga Raodah, membuatnya bertambah kesal. Bantal guling yang ada di sisi kanan tubuh anaknya itu diambilnya lalu di pukulkannya ke arah wajah Udin dengan pelan.
“Udiiiin, bangun”. Bukan mendengar, namun merasakan hantaman guling ke wajahnya membuat Udin seketika tersentak bangun. Terlihat sedikit lucu atas respon anaknya membuat Raodah tersenyum mengusir kekesalan hatinya pada anaknya.
 

“Ah ibu, menggangu mimpi Udin saja,” Ucapan spontan Udin disaat melihat ibunya tersenyum pahit padanya.
“Mimpi, mimpi. Sekarang kamu cepat mandi tidak lama waktunya kamu masuk sekolah”.
“Sekolah, sekolah lagi. Udin malas masuk sekolah bu. Bosan,” Balas Udin sembari menjatuhkan kepalanya kembali ke bantal. Alangkah kaget hati Raodah, ia tak habis pikir bahwa anaknya akan berkata seperti itu.